Ekonom Oh Ekonom......

Lahir di Bandar Lampung, Lampung, 26 Agustus 1962, Sri Mulyani tumbuh dalam keluarga nasionalis dan berpendidikan tinggi. Latar belakang keluarganya punya jejak kuat pada dirinya. Doktor ekonomi lulusan University of lllinois Urbana-Champaign ini menunjukkan kepedulian yang besar terhadap negaranya dan dikenal sebagai orang yang sangat menguasai bidang keahlian yang ditekuninya. Ia punya integritas, cerdas, dan tangkas dalam bekerja.
Kompetensinya membawa ia berkiprah dalam posisi-posisi penting di pemerintahan Indonesia dan lembaga internasional. Sebelum menjadi Direktur Pelaksana Bank Dunia, ia menjabat Menteri Keuangan RI ini sejak 1 Juni 2010. Ia juga pernah menjabat Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu dan sebelumnya lagi ia menjabat Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas dari Kabinet Indonesia Bersatu. Di luar sepak-terjangnya dalam birokrasi, Sri Mulyani bekerja sebagai dosen di Fakultas Ekonomi UI dan dikenal sebagai seorang pengamat ekonomi yang handal di Indonesia. Ia menjabat Kepala Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM FEUI). Sejak tahun 2008, ia menjabat Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, setelah Menko Perekonomian Dr. Boediono dilantik sebagai Gubernur Bank Indonesia. Jabatan-jabatan itu mengindikasi kompetensinya baik sebagai ekonom maupun sebagai orang dengan kepemimpinan yang kuat.
Emerging Markets pada 18 September 2006 di sela Sidang Tahunan Bank Dunia dan IMF di Singapura memilih Sri Mulyani sebagai Menteri Keuangan terbaik Asia untuk tahun 2006. Ia juga masuk juga dalam daftar wanita paling berpengaruh ke-23 di dunia versi majalah Forbes tahun 2008 dan wanita paling berpengaruh ke-2 di Indonesia versi majalah Globe Asia bulan Oktober 2007.
Kekuatan dan keutamaan karakter tampaknya menjadi andalan Sri Mulyani. Dalam psikologi positif, kajian yang memusatkan pada ikhtiar manusia mencapai kebahagiaan, kekuatan dan keutamaan karakter merupakan daya yang menggerakkan orang untuk berbahagia sekaligus memberi kontribusi yang baik kepada masyarakatnya. Sepak-terjang Sri Mulyani membuktikan itu. Dengan kekuatan dan keutamaan karakter, kemenangan seperti yang didefinisikannya adalah buah yang niscaya.

Pendidikan
  • Sarjana Ekonomi di Universitas Indonesia Jakarta, Indonesia (1981-1986)
  • Master of Science in Policy Economics di University of lllinois Urbana Champaign, USA (1988-1990)
  • Ph.D in Economics di University of lllinois Urbana-Champaign, USA (1990-1992)

Pengalaman Kerja
  • Managing Director World Bank Group, Juni 2010-sekarang
  • Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu II, 2009-2010 (Mengundurkan diri Mei 2010)
  • Pelaksana Tugas Menteri Koordinator Bidang Ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu I, 2008-2009 (Merangkap Menteri Keuangan)
  • Menteri Keuangan Kabinet Indonesia Bersatu I, 2005-2009
  • Menteri Negara Perencanaan Pembangunan Nasional / Kepala Bappenas Kabinet Indonesia Bersatu I, 2004-2005
  • Executive Director International Monetary Fund (IMF) Southeast Asia, 2002-2004
  • Visiting Professor, Georgia State University USA, 2001
  • Ketua I Bidang Kebijakan Ekonomi Dalam dan Luar Negeri serta Kebijaksanaan Pembangunan, PP Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), 1996–2000
  • Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik Universitas Indonesia, 1996-1999
  • Kepala LPEM-FEUI, 1998-2001
  • Kepala Program Magister Perencanaan Kebijakan Publik, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1996-1999
  • Wakil Kepala Bidang Penelitian LPEM FEUI, 1995-1998
  • Wakil Kepala Bidang Pendidikan dan Latihan LPEM FEUI, 1993-1995
  • Research Associate Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia (LPEM-FEUI), 1992-1995
  • Anggota Kelompok Kerja – GATS Departemen Keuangan RI, 1995
  • Anggota Kelompak Kerja Mobilitas Penduduk Menteri Negara Kependudukan – BKKBN, 1995
  • Anggota Kelompok Kerja Mobilitas Penduduk, Asisten IV Menteri Negara Kependudukan, BKKBN, Mei–Desember 1995
  • Staf Ahli Bidang Analisis Kebijaksanaan OTO-Bappenas, 1994-1995
  • Asisten Profesor, University of lllinois at Urbana Champaign, USA, 1990-1992
  • Pengajar Program S1, S2, S3, Program Ekstension, Program Magister Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1986-sekarang
  • Asisten Pengajar Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1985-1986

Kegiatan Penelitian
  • Research Demand for Housing, World Bank Project, 1986
  • Kompetisi Perbankan di Jakarta/Indonesia, BNI 1946, 1987
  • Study on Effects on Long-term Overseas Training on Indonesia Participant Trainees. OTO Bappenas – LPEM FEUI, 1998
  • Penyusunan Studi Dampak Ekonomi Sosial Kehutanan Indonesia. Departemen Kehutanan – LPEM FEUI, 1992
  • Survei Pemasaran Pelumas Otomotif Indonesia. Pertamina – LPEM FEUI, 1993
  • The Prospect of Automotive Market and Factors Affecting Consumer Behavior on Purchasing Car. PT. Toyota Astra – LPEM FEUI, 1994
  • Inflasi di Indonesia: Fenomena Sisi Penawaran atau Permintaan atau keduanya. Kantor Menko Ekuwasbang – Bulog – LPEM FEUI, 1994
  • Restrukturisasi Anggaran Daerah. Departemen Dalam Negeri – LPEM FEUI, 1995
  • The Evaluation of Degree and non degree training – OTO Bappenas, 1995
  • Fiscal Reform in Indonesia: History and Perspective, 1995
  • Potensi Tabungan Pelajar DKI Jakarta. Bank Indonesia – LPEM FEUI, 1995
  • Studi Rencana Kerja untuk Pelaksanaan Kegiatan Penyusunan Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Nasional, Departemen Pariwisata, Pos & Telekomunikasi – LPEM FEUI, 1996
  • Interregional Input-Output (JICA Stage III), 1996
  • Studi Kesiapan Industri Dalam Negeri Memasuki Era Perdagangan Bebas, Departemen Perindustrian dan Perdagangan, LPEM FEUI, 1997
  • Penyusunan Rancangan Repelita VII. Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 1997
  • Indonesia Economic Outlook 1998/1999. Indonesia Forum 1998
  • Country Economic Review for Indonesia. Asian Development Bank, 1999
Publikasi Pemikiran :
  • Teori Moneter, Lembaga Penerbitan UI, 1986
  • Measuring the Labour Supply Effect of Income Taxation Using a Life Cycle Labour Supply Model: A Case of Indonesia. Ph.D Thesis, University of Illinois Urbana-Champaign, 1992
  • A Dynamic Labour Supply Model for Developing Country: Consequences for Tax Policy (Co-author Jane Leuthold) BEBR – University of lllinois Urbana-Champaign, U.S.A., 1992
  • "Ekonom dan Masalah Lingkungan", Kompas, 4 Desember 1992
  • "Prospek dan Masalah Ekspor Indonesia", Suara Pembaharuan, April 1993
  • "The Cohort Approach of a Life Cycle Labour Supply", Ekonomi Keuangan Indonesia, Desember 1993
  • "Tantangan Ekspor non Migas Indonesia", DPE 1994
  • "Perkembangan Ekonomi Sumber Daya Manusia" ProceedingSeminar LP3Y Yogykartaa, dalam Sumber Daya Manusia Dalam Pembangunan, 1995
  • "Dilema Hutang Luar Negeri dan PMA", Warta Ekonomi 26, 1995
  • Prospek Ekonomi, Gramedia, 1995
  • "Tantangan Transpormasi Sumber Daya Manusia Indonesia Menghadapi Era Globalisasi" (Co-penulis Dr. Ninasapti Triaswati) dalam: Alumni FEUI dan Tantangan Masa Depan, Gramedia, 1995.
  • Liberalisasi dan Pemeratan dalam Liberalisasi Ekonomi, Pemerataan dan Kemiskinan, Tiara Wacana, 1995
  • "Tinjauan Triwulan Perekonomian" (Co-penulis Thia Jasmania), Ekonomi Keuangan Indonesia, Januari–April 1995
  • "Performace of Indonesia State owned Enterprises", Seminar World Bank, April 1995
  • "Ability to Pay Minimum Wage and Workers Condition in Indonesia", World Bank Seminar, April 1995.
  • "Workers in an integrating World", Panel Discussion World Development Report, 1995
  • "Mungkinkah Ekonomi Rakyat?" Diskusi Series Bali–Post, Ekonomi Rakyat, 25 November 1995
  • "Tumbuh Tinggi dengan Uang Ketat", Warta Ekonomi , 5 Februari 1996
  • "Inpres 2/1996 dan Pembangunan Industri Nasional", Dialog Pembangunan CIDES, 28 Maret 1996
  • "Kijang Tetap Jadi Pilihan", Jawa Pos, 29 Maret 1996
  • "Sumber–sumber Institusional Dalam Mewujudkan Demokrasi Ekonomi", Seminar Persadi, 18 Januari 1996
  • "Indonesia: Sustaining Manufactured Export Growth", Seminar Bappenas–ADB, 11 April 1996
  • "Consistent Macroeconomic Development and its Limitation" (Co-penulis Ari Kuncoro), Indonesia Economy Toward The Twenty First Century – IDE 1996
  • "Menggantung Harapan pada Tax Holiday", Majalah SWA, 16 Agustus 1996
  • "Globalisasi dan Kemandirian Ekonomi", Simposium Nasional Cendikiawan Indonesia Ke III, Jakarta 28 Agustus 1996
  • "Kesiapan Jawa Timur Dalam Mendukung Pembangunan Industri Nasional", Seminar Kajian Industri: Tantangan Internasional dan Respon Industri di Jawa Timur Refreksi dan Prospektif, 2 November 1996
  • "Strategi Pembangunan Pasar Dalam Negeri dan Luar Negeri – Usaha Kecil Menengah dan Koperasi", Seminar Yayasan Dana Bakti Astra, Jakarta 12 Maret 1997
  • "Kebijakan Harga dan Ketahanan Pangan Nasional", memperingati HUT Bulog, April 1997
  • "Pemerintah Versus Pasar", Memperingati 70 Tahun, Prof. Widjojo Nitrisastro, Mei 1997
  • "Liberalization Challenges", Seminar ASEAN/ISI-Keijai Koho Center, Tokyo, 8 Juli 1997
  • "Isu Mobnas Dalam Dinamika Kebijakan Industri Nasional: Sebuah Tinjauan Ekonomi Politik", 21 Visi, 1997
  • "Tantangan Transformasi Ekonomi Indonesia Menuju Millenium Baru: Mempertahankan Pertumbuhan Dan Meletakkan Fundamental Yang Kokoh", disampaikan dalam Orasi Ilmiah Wisuda Lulusan STAN dan Prodip Keuangan, Plenary Hall – Jakarta Hilton Convention Center, 2 September 1997.
  • "Implikasi Bagi Dunia Bisnis Dari Gejolak Mata Uang", Diskusi BBD, 10 September 1997
  • "Economic Profile and Performance of ASEAN Countries" Konferensi Federation of ASEAN Economic Association, Denpasar – Bali, 24-25 Oktober 1997
  • "Indonesia Economic Outlook 1998 (Challenges and Opportunities)", One Day Seminar, Radison Hotel, 27 November 1997
  • "Analisa Krisis Nilai Tukar dan Prospek Perekonomian Indonesia ke Depan", Seminar KBRI Singapura, 4 Desember 1997
  • "Small Industry Profiles and Policies", Two Day Seminar USAID-LPEM, Aryaduta Hotel, 17-18 Desember 1997
  • "Kesehatan Bank dan Lingkungan Makro Ekonomi", Dialog Bank Umum Nasional, 16 Januari 1998
  • "Evaluasi Ekonomi 1997 dan Tantangan Ekonomi 1998", Seminar LIPI, 20 Januari 1998
  • "Revisi RAPBN", Gatra, 24 Januari 1998
  • "Krisis Ekonomi Indonesia dan Langkah Reformasi", Orasi Ilmiah Universitas Indonesia, 7 Februari 1998.
  • "APBN 1998/1999 dimasa Resesi dan Dimensi Revisi RAPBN 1998/1999", Diskusi HUT FKP DPR-RI, 12 Februari 1998
  • "Forget CBS, Get Serious About Reform", Indonesia Business, April 1998


Category: 0 komentar

Dokter Oh Dokter......

  1. Nama  : DR. Dr. Fachmi Idris, M. Kes.
  2. TTL    :  Palembang, 1 Februari 1968
  3. Agama  : Islam
  4. Istri : Dr. Rini Purnamasari, Sp. A.
  5. Anak :
    1. Ridho Fachni M
    2. Rizqy Fachni M
    3. Rifa Rahma A
  6. Alamat Kantor :
    1. Fakultas Kedokteran UNSRI
      JI. May. Mahidin, Km. 3½, Palembang Telp. (0711) 316671
    2. Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI)
      Jl. Samratulangi, No. 29, Jakarta Pusat Telp. (021) 3900277
RIWAYAT PENDIDIKAN FORMAL
  1. 1986 - 1993 : Fakultas Kedokteran UNSRI
  2. 1996 - 1998 : Magister IImu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana UI (Lulusan Terbaik)
  3. 1998 - 2003  : Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pasca Sarjana UI (Lulusan dengan predikat Cum Laude)
PENGALAMAN ORGANISASI
A. Kemahasiswaan
  1. Universitas Sriwijaya
    1. Ketua Umum Badan Perwakilan Mahasiswa FK UNSRI (1 990-1 991)
    2. Ketua Umum Senat Mahasiswa FK UNSRI (1991 - 1992)
    3. Wk. Ketua Umum Senat Mahasiswa (SMPT) Universitas Sriwijaya (1991-1992)
  2. Universitas Indonesia
    1. Gubernur Mahasiswa S2, Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat - Program Pasca Sarjana UI (1996 - 1998)
  3. Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia
    1. Majelis Pertimbangan Agung (1990 - 1992)
  4. Himpunan Mahasiswa Islam
    1. Ketua Umum Lembaga Kesehatan HMI Cabang Palembang (1989 - 1990)
    2. Ketua Umum Lembaga Kesehatan PB HMI (1992 - 1994)
    3. Majelis Pekerja Kongres PB HMI (1999 - 2001)
B. Profesi
  1. Ikatan Dokter Indonesia (NPA: 32.552)
    1. Ketua Umum PB IDI (2006 - 2009)
    2. Ketua Terpilih PB IDI /Wk. Ketua Umum (2003 - 2006)
    3. Sekretaris Jenderal PB IDI (2000 - 2003)
    4. Sekretaris I PB IDI(1997- 2000)
  2. Sekretaris Bersama 5 Organisasi Profesi Kesehatan (Ikatan Bidan Indonesia, lkatan Dokter Indonesia, Ikatan Sarjana Farmasi Indonesia, Persatuan Dokter Gigi Indonesia, Persatuan Perawat Nasional Indonesia)
    1. Koordinator (1999 - 2004).
C.  Kepanduan
  1. Kwartir Nasional Gerakan Peramuka
    1. Pembantu Andalan Nasional, Masa Bakti 2003 - 2008.
RIWAYAT KEPEGAWAIAN I PEKERJAAN
  1. 1 Febnuari 1995 - 1 JuIi 1995 : Kepala Puskesmas Makarti Jaya, Sungsang MUBA Sumatera Selatan. (Dokter PTT)
  2. 1 Maret 1995 - 1Juli1997: CPNS Depdikbud Staff Pengajar FK UNSRI, Bagian llmu Kesehatan Masyarakat / Kedokteran Pencegahan.
  3. 1 Juli 1997 - Sekarang : PNS Depdikbud Staff Pengajar FK UNSRI, Bidang Ilmu Kesehatan Masyarakat /Kedokteran Pencegahan
  4. 10 November 2003 - Sekarang: Pengelolaan Kerjasama UNSRI - Bidang Kerjasama Nasional
  5. 12 April 2004  - 21 April 2006 : Sekretaris Bagian IKM & IKK FK UNSRI.
  6. 21 April 2006 - Sekarang : Sekretaris Bagian IKM - IKK FK UNSRI
  7. 17 Oktober 2005 - 2009: Koordinator Bidang Penelitian - Unit Penelitian Kedokteran dan Kesehatan (UPKK) FK UNSRI.
  8. Keanggotaan Komite/Tim Nasional (Beberapa)
    1. Wakil Penanggungjawab Tim Penilai Kesehatan Calon Presiden dan Calon Wakil Presiden RI, Tahun 2004 (5K KPU No: 37/SK/KPU/2004)
    2. Sekretaris I Tim Kebijakan Ketersediaan dan Keterjangkauan Harga Obat Nasmonal (SK Menkokesra RI No: 12/Kep/Menko/ Kesra/IV/2002)
    3. Anggota Komitee Nasional Gerakan Terpadu Nasional Pemberantasan TB Paru. (SK Menkes RI No: 1075/Menkes/SK/ VlIl/1 999)
    4. Anggota Komite Pendidikan Kedokteran Indonesia. (SK Dirjen Dikti Depdiknas RI No: 47/DIKTI/Kep/2003)
    5. Tim Penyusun Naskah Akademis Peraturan Perundang­Undangan tentang RUU Pelayanan Jasa Kesehatan. (SK Menkeh­HAM No: G-44.PR.09.03. 2004)
    6. Anggota Tim Pensiapan Pembukaan Program S3 Fakultas Kedokteran UNSRI (SK Dekan FK UNSRI No. 0003/PT11.5/F.1/2006
  9. Lain-lain:
    a.s.d Sekarang:
    • Anggota Dewan Pengawas RSMH Palembang
    • Dosen Tamu pada Mata Kuliah Kebijakan Kesehatan Program Magister Hukum Universitas Hassanudin
    • Dosen Tamu pada Mata Kuliah Regulasi Kesehatan, Program MMR Universitas Gajah Mada.
    • Dosen Tamu untuk Materi Etika Antar Profesi Kesehatan.
      Universitas Muhammadiyah HAMKA JKT
KARYA ILMIAH I KARYA TULIS
A. Buku (dengan ISBN):
  1. Seri Manajemen Pemberantasan Penyakit Menular: Manajemen Public Private Mix Penanggulangan Tuberkulosis strategi DOTS Dokter Praktik swasta. PB IDI
  2. Proceeding Studi Intervensi Penatalaksanaan TB Strategi DOTS pada Dokter Praktik Swasta: Studi di Kab. OKU, kab. Bandung dan Kab. Donggala.
  3. Pelayanan Kesehatan yang Berkeadilan: Harapan yang Tidak Kunjung Datang.
    (Orasi Ilmiah ) Dalam Rangka Dies Natalis Universitas Sriwijaya ke-43.
  4. Pengobatan Tuberkulosis Komprehensif Melalui Strategi DOTS, Yayasan Penerbit IDI.
  5. Penyakit Kronis di Tempat Kerja dalam Penanggulangan Kesehatan Jiwa di Tempat Kerja, Yayasan Pembangunan Indonesia Sehat.
  6. Model Kemitraan Pemerintah dengan Dokter Praktik Swasta dalam P2TB Strategi DOTS (Ringkasan disertasi).
  7. Dokter Juga Manusia : Upaya Memperbaiki Mutu Pelayanan Kesehatan.
B. Karya Tulis/Tulisan llmiah:
Sampai September 2007 telah memberikan puluhan karya tulis/makalah pada berbagai jurnal/majalah ilmiah/pertemuan profesional baik yang bersifat lokal, nasional maupun internasional.
PENGHARGAAN
  1. Mahasiswa Berprestasi Utama II FK UNSRI, 1990.
  2. Lulusan Terbaik Program Studi Magisten Ilmu Kesehatan Masyarakat. Program Pascasarjana UI, 1998.
  3. Salah Satu Dosen Berprestasi Fakultas Kedokteran UNSRI, Tahun 2005
  4. Penghargaan Adi Satya Utama IDI Tahun 2006
Category: 0 komentar

Diplomat Oh Diplomat.....


Dia diplomat muda yang tengah menuju puncak karir. Marty Natalegawa yang sebelumnya dikenal sebagai Juru Bicara Departemen Luar Negeri, mulai pertengahan Desember 2005 dipercaya menjadi Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris. Pria kelahiran Bandung 22 Maret 1963, ini merupakan duta besar termuda, apalagi untuk pos dubes penting, Inggris, AS dan Jepang. Dia tengah dipersiapkan menjadi Menteri Luar Negeri.

Dia seorang diplomat muda yang jenjang karirnya menanjak demikian cepat. Ia sempat mengalami cultural shock. Namun dia berhasil melintasi hambatan 'enjang urut kacang' dan birokrasi (kalau bisa dipersulit kenapa dipermudah).

Menuju Puncak Karir

Marty yang dikenal sebagai sosok bersahaja dan rendah hati, selalu menempatkan diri menjadi seseorang yang bisa diperintahkan ke mana juga oleh siapa pun. Dia bukan tipe orang yang betah menunggu terus di belakang meja. Dalam perjalanan karirnya yang tergolong cepat, dia terlihat selalu tahu persis targetnya, yang dirancang dalam program.

Dari kecil, SD hingga mencapai gelar doktor, dia sudah berada dalam pergaulan dunia. Dia pernah duduk di bangku SMP, Singapore International School, Singapura, 1974, sebelum pindah ke SMP, Ellesmere College, Inggris, 1978. Kemudian dia masuk SMA, Concord College, Inggris, 1981.

Setelah itu meraih gelar BSc, Homour, in International Relations, London School of Economics and Political Science, University of London, 1984 dan Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University, 1985. Jadi sejak sekolah menengah pertama hingga menamatkan S2, Marty selalu bersekolah di Inggris. Gelar doktornya (Doctor oh Philosophy in International Relations) diraih di Australian National University, 1993.

Dari kecil, dia memang bercita-cita menggumuli dan berkarir di bidang hubungan internasional. Maka setelah menyelesaikan studi dan kembali ke Indonesia, dia pun langsung merapat ke Departemen Luar Negeri. Dia memulai karir sebagai Staf Badan Litbang, Deplu, 1986-1990.

Kala itu, pada awal memasuki lingkungan birokrasi Deplu RI, Marty mengaku sempat mengalami cultural shock, sehingga harus banyak menyesuaikan diri, namun tedak melebur diri. Misalnya, dia melihat urusan gampang dibuat jadi susah, dilempar kiri-kanan. Karena itu, sejak hari pertama masuk Deplu, dia mengatakan tidak akan membiarkan diri terbawa arus yang tidak selalu positif ini.

Dia bertekad harus punya prinsip dasar kalau melihat satu lingkungan yang tidak benar, harus berani mengoreksi. Dia bertekad harus berani mencoba mengubah, yang dimulai dari diri sendiri. Dia memberi misal, sikap birokrat yang menutup diri, minta dilayani, yang sudah begitu mengakar dalam sistem birokrasi kita. Harus diubah, dan kalau ingin berubah, harus mulai dari diri sendiri.

Prinsip ini selalu ditularkan kepada rekan dan staf di lingkungan kerjanya. Kalau sedang sidang, kadang dia minta teman membacakan kertas posisi.

Pengalaman seperti ini, menurutnya, penting karena pengalaman tidak tergantung usia. Ada yang sudah senior, tetapi kalau tidak pernah belajar ya begitu-begitu saja.

Menurutnya, siapa pun bisa mendapat pengalaman dengan cepat, padat, dan singkat kalau mau berpihak pada tanggung jawab yang terus-menerus. Karena itu, tak heran bila di Deplu dia bisa meraih jenjang karir dengan sangat singkat. Dia melihat karena di Deplu ada faktor kevakuman pada tahap tertentu, jadi harus dipadatkan proses membangun pengalamannya. "Kalau mau terus 'urut kacang', bagi intern tidak apa-apa. Tetapi, ketika harus berinteraksi dengan negara lain akan kelihatan," urainya.

Walaupun pernah dikabarkan, Marty sempat menjadi korban urut kacang dalam menapaki jenjang karirnya. Namun, dia menyebut bukan korban, tetapi memang dalam birokrasi ada aturan. Justru dia merasa sebaliknya. Menteri memberi kesempatan seluas-luasnya kepada siapa pun yang dianggap punya kemampuan memikul tanggung jawab lebih.

Pengalaman Marty dalam menapaki jenjang karirnya, patut mendapat catatan tersendiri. Dalam lingkungan birokrasi yang kalau bisa dipersulit mengapa dipermudah dan jenjang karir urut kacang, dia berhasil melewati semua hambatan itu dengan gemilang.

Setelah beberapa tahun menjadi staf Badan Litbang, 1986-1990, dia ditugaskan menjadi staf (tanpa jabatan) di Perwakilan Tetap RI (PTRI) pada PBB, New York. Kemudian menjadi kepala seksi, lalu kasubdit, dan kepala bidang, yang tahapannya selalu menjadi acting atau pelaksana. Selalu dia terlebih dahulu menunjukkan kemampuan dalam melaksanakan berbagai tugas, baru kemudian jabatannya diformalkan.

Setelah menampakkan kemampuan sebagai Kepala Bidang Politik II, Perwakilan Tetap RI pada PBB, New York, 1997-1999, dia pun ditarik menjabat Kepala Subdirektorat Organisasi Internasional, Deplu, 2000-2001. Tidak berapa lama, dia diangkat menjabat Direktur Organisasi Internasional, Deplu, 2001-2002.

Tidak berapa lama juga dia dipercaya menjabat Kepala Biro Administrasi Menlu sekaligus merangkap Juru Bicara Deplu, 2002-2004. Dalam posisi itu, dia pun dipercaya menjabat pelaksana tugas Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN/Juru Bicara Deplu, 2003-2005.

Saat dia diberi tugas rangkap pelaksana tugas Dirjen ASEAN, Kepala Biro Administrasi Menteri, dan Juru Bicara Deplu, dia melakoninya dengan sangat baik. Dia tidak pernah melihatnya sebagai masalah. Bahkan namanya pun makin poluler di mata publik dalam dan luar negeri. Sebagai juru bicara Deplu, dia menunjukkan dirinya sebagai seorang diplomat muda yang berpotensi menduduki jabatan puncak di Deplu.

Maka tidak heran bila banyak pihak yang menaruh harapan, bahwa dalam posisinya sebagai Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris, dia akan berhasil membuat hubungan bilateral Indonesia-Inggris dalam posisi saling menghormati dan saling menguntungkan.

Dalam hal jenjang karirnya, Marty dalam wawancara dengan Kompas menyebut, "satu hal yang ingin saya sampaikan, bila saya telah membuka 'pintu' untuk aplikasi sistem yang selalu Pak Menlu bilang 'meritocracy' yang mampu diberi tanggung jawab lebih, saya ingin pintu itu dibuka semakin lebar. Jangan setelah saya lewat dan menikmati sistem itu pintu cepat-cepat ditutup rapat lagi," katanya.

Karena saya yang menjadi kasus pertama, saya merasa yang penting bukan hanya mampu secara substansi, tetapi juga cukup humble untuk tidak merasa menjadi orang penting berlebihan. Yang penting amanat pekerjaan, kita bukan apa-apa. Karena kadang orang bila dikasih tugas malah menikmati pernik-pernik yang melekat pada jabatan itu dan justru melupakan pekerjaannya.

Juga jangan sampai merusak 'pasar' sehingga orang akan bilang, lihat kalau seorang relatif muda diberi tanggung jawab lebih dia tidak bisa karena substansinya. Atau kalau bisa menjadi berlebihan sehingga tidak cukup matang mengemban tanggung jawab seperti ini. Jadi, semakin tugas dan tanggung jawab kita banyak, seharusnya kita semakin merunduk.

Pos Penting

Inggris tergolong pos penting untuk Indonesia karena berbagai pertimbangan. Antara lain: Inggris adalah penanam modal terbesar kedua di Indonesia setelah Jepang sejak tahun 1967; Inggris anggota tetap Dewan Keamanan PBB; London sebagai salah satu kota keuangan terpenting di dunia; surplus perdagangan Indonesia dengan Inggris; dan Inggris sebagai bagian dari komunitas Eropa.

Mantan Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN, Deplu, bernama lengkap Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa, ini menduduki pos penting tersebut merupakan tantangan yang diperkirakan akan mengantarkannya ke jabatan penting pada masa mendatang. Jika berhasil, dia kandidat Menteri Luar Negeri beberapa tahun mendatang (2009).

Menurut Marty dalam wawancaranya dengan Kompas (Kompas 12 Desember 2005), secara bilateral Inggris pasti penting penting karena ?3 in 1?. Yakni, pertama, dia anggota tetap Dewan Keamanan (DK) PBB yang punya kemampuan memengaruhi debat di DK. Jadi, kalau kita menjalin hubungan ini dengan benar, kita mendapat DK juga.

Kedua, Inggris juga penting dalam konteks Uni Eropa (UE). Di UE ada tiga kubu: Inggris, Perancis dan Jerman, serta anggota baru. Visi Eropa, Inggris, ke depan adalah inklusif, lebih modern, kebijakan sosial dan pertanian lebih terbuka. Jadi, bila kita berhubungan baik dengan Inggris kita juga menjalin hubungan baik dengan UE. Belum lagi hubungan historisnya dengan Amerika Serikat.

Ketiga, London sebagai kota keuangan. "Saya mengutamakan posisi London dalam bidang keuangan dan meyakinkan mereka Jakarta adalah tempat di mana kegiatan terjadi bila ingin sesuatu yang lebih menarik dengan potensi keuntungan luar biasa,".

Ketiga, Inggris peduli pada penyelesaian masalah Timur Tengah dan berharap kepada Indonesia untuk ikut berperan dalam penyelesaian konflik di sana.

Marty juga mengedepankan apa yang akan segera diakukan dalam posisinya sebagai Dubes untuk Inggris. Dia menyebut rencana sangat sederhana, tetapi esensial. Pertama, meningkatkan profil Indonesia di Inggris. Sebab dalam pengamatannya, jika Inggris membayangkan Asia atau Asia Timur yang pertama akan tampil dalam radar skema politik dan ekonomi mereka adalah negara seperti India karena ada ikatan kultur dan sejarah. Kalau Asia Tenggara pasti Malaysia dan Singapura. Karena itu, dia ingin mencoba memastikan Indonesia ada di dalam radar itu.

Dia melihat modal dasarnya sudah ada. Ketika terjadi tsunami bantuan masyarakat Inggris adalah salah satu yang terbesar dari seluruh dunia, bahkan jauh lebih besar dari bantuan pemerintahnya. Ini satu indikasi sebenarnya orang Inggris bisa digerakkan.

Marty juga menyebut salah satu aset politik luar negeri kita adalah Indonesia yang demokratis dan moderat. Ini sangat relevan dalam konteks hubungan Indonesia-Inggris, terutama karena Inggris memiliki kehendak baik dari pemerintah maupun masyarakatnya kepada Indonesia.

Sementara tantangan utamanya adalah bagaimana mencapai 'progress beyond polite words'. Menurutnya, kita harus tampil proaktif dengan konsep bila bicara hal konkret peningkatan investasi, perdagangan, pariwisata, yang sebenarnya sangat generik dan berlaku di semua perwakilan.

Di samping itu, tantangan lainnya dalam politik, Marty melihat masalah Papua. Menurutnya, bila kita tidak rapi menyelesaikan Papua akan ada potensi. Sepanjang ada kelompok masyarakat yang punya pandangan tertentu, mereka akan terus. Ini yang harus dipastikan agar teman-teman ini sampai pada pandangan yang sama mengenai Papua. Tetapi, juga jangan membangunkan macan tidur.

Suami dari Sranya Bamrungphong ini melihat hubungan Indonesia-Inggris tidak ada yang rusak dan berkembang cukup konsisten.

Bila membandingkan dengan negara tetangga, misalnya hubungan Inggris dengan Malaysia, Thailand, dan negara lain di sekitar kita, terlihat betapa sebenarnya banyak ruang membuat hubungan Indonesia-Inggris lebih baik. Namun, menurutnya, jangan terlalu puas diri karena risikonya hubungan kedua negara menjadi relatif, bahkan jika dibanding dengan negara lain, semakin tertinggal.

Sedangkan mengenai targetnya, Marty menyebut pariwisata. Mantan Direktur Organisasi Internasional, Deplu (2001-2002) yang mengecap pendidikan SMP (1978), SMA (1981) hingga meraih Master of Philosophy in International Relations (1985) di Inggris, itu menyebut bahwa di Inggris ada konsep gap year students, yaitu anak-anak muda Inggris yang setelah lulus SMA tidak langsung kuliah tetapi ingin memperoleh pengalaman dulu satu tahun untuk melakukan hal bermanfaat, biasanya mengajar bahasa Inggris di luar negeri.

Menurutnya, mereka pasti lebih ada sense of adventure, tidak usah dengan kenyamanan dan tingkat keamanan tinggi. Maka dia melihat kita bisa mengemasnya ke Indonesia untuk enam bulan. Perlahan-lahan, mereka nantinya akan menjadi orang penting di Inggris dan kita sudah memiliki konstituen yang berpengalaman dengan Indonesia.

Selain itu, katanya, orang Inggris yang mendekati usia pensiun. Mereka sering menghabiskan musim dingin di negara tropis. Setahu Marty, Malaysia membuat berbagai kemudahan untuk menangkap komunitas ini. "Saya ingin tahu apa yang memungkinkan Malaysia melakukan itu. Seandainya ada hambatan, tugas sayalah memberi tahu pusat dan instansi terkait sebenarnya ada potensi sekian ribu wisatawan untuk masa kunjungan cukup lama, jika kita bisa menyesuaikan beberapa kebijakan kita," ujarnya.

Di Inggris sudah ada puluhan asosiasi persahabatan Indonesia-Inggris, terutama di bidang sosial-budaya. Kalau tidak salah, keanggotaannya terbentuk karena ada ikatan keluarga, entah istri atau suaminya orang Indonesia. Saya rasa keanggotaan ini perlu diperluas konstituennya.

Sementara mengenai Papua, Marty berencana akan mengajak kelompok-kelompok seperti amnesti internasional berdiskusi. Dalam posisi tidak duta besar (dubes) pun dia sudah pernah melakukannya. Saat SMP (di luar London) dan usia saya 13 tahun. Waktu itu ada acara sekolah berkunjung ke British Museum di London. Ketika ada waktu luang satu jam, dia memilih langsung ke Kantor Amnesti Internasional tanpa ditugasi siapa pun. Dia ingin tahu apa yang menjadi keprihatinan mereka. "Apalagi sekarang (dalam posisi dubes), mungkin mereka akan bosan melihat saya," katanya.

Sebelum menempati posnya di London itu, Marty lebih dulu bertemu orang-orang Inggris di Jakarta. Dia minta tolong diberi daftar orang yang harus ditemui.

Dukungan Keluarga

Pengalamannya hidup di asrama selama sekolah di Inggris sangat berguna dalam pembentukan pribadinya yang mandiri dan bekerja dengan tim. Di asrama Inggris itu di satu pihak sangat mengutamakan senioritas, tetapi di lain pihak juga sangat egaliter dalam pengertian ada spirit tim yang sangat kuat.

Ketika study di Inggris itu pula Marty bertemu seorang gadis cantik berdarah Thailand, Sranya Bamrungphong, yang juga bersekolah di London School of Economics and Political Science, University of London. Mereka pun menikah dan dikaruniai tiga anak yakni Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa, Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa dan Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa,

Semasa Marty bertugas di Jakarta, Sranya mengisi waktunya dengan mengajar di sebuah sekolah di Jakarta Selatan.

Marty merasa mendapat dukungan penuh dari keluarga dalam setiap pelaksanaan tugas dan jabatannya. Dia merasa beruntung karena keluarganya memang keluarga diplomat. Menurutnya, salah satu ciri yang dimiliki keluarga diplomat adalah kemampuan menyesuaikan diri dengan keadaan, situasi, dan perubahan.

Dia pun selalu menanamkan kepadanak-anaknya untuk melihat sisi positifnya, bahwa dalam arti tidak semua orang punya kesempatan mengalami hidup di luar negeri dengan segala konsekuensinya ke dalam.

Apalagi isterinya, Sranya, yang juga dari keluarga diplomat. Sranya merasa sudah terbiasa. Bahkan ketika Sranya memutuskan menikah dengan Marty, Ayahnya mengatakan karena kalian dari kultur berbeda, maka harus seperti air. Ada karakter, tetapi harus bisa berada di mana pun. Alhamdulillah anak-anak umumnya baik. Barangkali karena kami selalu membicarakan apa pun dengan mereka.

Marty menimpali, kami terbuka. Dia memberi contoh, saat putri pertamanya, Annisa, menjelang memilih universitas, memilih sekolah yang kebetulan mahal. Marty lalu tanya ke Sranya, bagaimana. "Bagi kami pendidikan segala-galanya. Saya mau hidup kekurangan, tetapi pendidikan nomor urut satu, dua, ketiga, dan terus ke bawah."

Pendidikan adalah sesuatu yang tidak bisa diambil dari kita. Kalau jabatan, harta, bisa dicopot. Anissa akhirnya memilih ke School of Oriental and African Studies, University of London, tanpa kami tahu sebelumnya kami akhirnya akan ke Inggris. ***(e-ti/berbagai sumber)


Nama:
Marty Natalegawa

Nama Lengkap:
Raden Mohammad Marty Muliana Natalegawa

Lahir:
Bandung, 22 Maret 1963

Agama:
Islam

Isteri:
Sranya Bamrungphong

Anak:
- Raden Siti Annisa Nadia Natalegawa
- Raden Mohammad Anantha Prasetya Natalegawa
- Raden Mohammad Andreyka Ariif Natalegawa

Jabatan:
Duta Besar RI untuk Inggris

Pendidikan:
- SD, Kris Jakarta, 1974
- SMP, Singapore International School, Singapura, 1974
- SMP, Ellesmere College, Inggris, 1978
- SMA, Concord College, Inggris, 1981
- BSc, Homour, in International Relations, London School of Economics and Political Science, University of London, 1984
- Master of Philosophy in International Relations, Corpus Christi College, Cambridge University, 1985
- Doctor oh Philosophy in International Relations, Australian National University, 1993

Pengalaman Kerja:
- Staf Badan Litbang, 1986-1990
- Staf/Kasubbid Politik II PTRI New York, 1994-1997
- Kepala Bidang Politik II, Perwakilan Tetap RI pada PBB, New York, 1997-1999
- Kepala Subdirektorat Organisasi Internasional, 2000-2001
- Direktur Organisasi Internasional, Deplu, 2001-2002
- Kepala Biro Administrasi/Juru Bicara Deplu, 2002-2004
- Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN/Juru Bicara Deplu, 2003-2005
- Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Inggris.

- Menteri Luar Negeri RI.


Category: 0 komentar

Photoshop efek snaphots Laisa_X.1



                                                                   Gambar Jadi.

Latihan 3 membuat efek snaphots
Langkah - langkah pembuatan :

1.         1.    Buka Adobe Photoshop Cs 3
2.       2. Cari gambar yang akan diberi efek dan akan anda jadikan sebagai objek. File>Open>cari gambar / tekan Ctrl+0 (disini saya gunakan gambar dibawah ini).






Gambar 1
3.       Aktifkan Rectangle Tool  pada Toolbox
4.       Pada option bar Anda pilih Shape layer
5.       Buatlah bentuk shape seperti di bawah. Anda tidak perlu membuat layer baru, karena shape akan tampil dalam sebuah layer baru.




Gambar 2


6.       Ganti Fill menjadi 0%. Besar kecil nilai Fill hanya akan berpengaruh pada warna objek, berbeda dengan Opacity yang ikut mempengaruhi layer style.






Gambar 3
7.       Lihat Gambar 4, klik Add a layer style              , lalu pilih Stroke.





Gambar 4
8.       Lihat Gambar 5, atur besar Size : 7px, Position : Inside dan pilih warna Putih, lalu klik Ok.






Gambar 5
9.       Aktifkan seleksi pada shape dengan menekan Ctrl+Enter atau anda dapat menahan tombol Ctrl lalu klik pada Vector mask thumbnail.


10.   Dengan seleksi yang masih aktif, Anda klik Create new fill or adjustment layer              , pilih Hue/Saturation.
11.   Lihat Gambar 6, aktifkan Colorize dan ganti nilai Saturation menjadi 30, setelah itu klik Ok. Hasilnya foto pada bidang kotak akan tampak sepia.





Gambar 6
12.   Balik warna pada Layer mask thumbnail dengan menekan Ctrl+I, kini warna di luar bidang kotak akan tampak sepia.
13.   Lihat Gambar 7, selanjutnya anda pilih kedua layer (shape dan hue) lalu klik Link layer , untuk menghubungkan kedua layer tersebut.






 
 


Gambar 7
14.   Selanjutnya jika anda melakukan transformasi atau memindahkan salah satu shape maka akan mempengaruhi shape yang lain. Untuk melihatnya anda tekan Ctrl+T
15.   Anda coba pindahkan shape, rotasi atau perbesar ukurannya. Hasilnya kedua bidang akan bergerak secara bersamaan. Tekan Enter jika telah selesai.



-          TAHAPAN SELESAI   -



Category: 0 komentar